Selasa, 04 November 2014

Relasi Sosial Antar Agama Di Indonesia



Nama Anggota:
·         Hasanah Lubis
·        Herik Swandi
Rahmat
Remina Tarigan
Rida Wati Bangun
·                 Sri Rezki Ananda
Relasi  Sosial Antar  Agama Di Indonesia

Agama merupakan suatu kepercayaan terhadap adanya wujud – wujud spritual (E.B Taylor). Agama dapat menciptakan kohesi sosial serta juga bisa menciptakan suatu konflik. Dalam hal ini agama bisa membuat masyarakat  bisa bersatu dalam suatu hal , tapi  disatu sisi agama juga bisa membuat sekelompok masyarakat bisa terpecah belah. Namun kedua hal ini tidak bisa hilang dari kehidupan manusia. Ibarat kata , kedua hal ini seperti dua sisi mata uang yang saling bersebrangan tapi satu dan saling berkait. Seperti halnya dalam berrelasi  sosial. Agama manapun pada dasarnya pasti mengajarkan mengenai ke tentraman , kedamaian , saling berbuat kebaikan antara sesama , dan mengajarkan kebaikan – kebaikan lainnya serta dalam agama juga menanamkan nilai – nilai dan norma – norma penting bagi keutuhan masyarakat ke dalam individu -individu.
Agama juga merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan integrasi sosial. Simbol – simbol keagamaan dapat memperkuat rasa kesatuan di dalam kelompok keagamaan bukan hanya  bersifat antar kelompok tapi menyeluruh. Maksudnya adalah masyarakat yang mengatasnamakan agama yang sama bisa bersatu   bukan hanya didalam wilayah tertentu bahkan bisa bersatu antar manusia yang ada dimuka bumi ini . Dalam agama juga menanamkan suatu motivasi atau dorongan untuk individu agar selalu berbuat kebaikan dan berkorban kepada kelompok demi sautu tujuan dalam kelompok. Agama juga memberikan sanksi atau hukuman atau ganjaran kepada setiap individu yang menganutnya , jika individu tersebut berbuat kesalahan atau dosa atau tidak patuh terhadap tuntutan – tuntutan dalam agama. Misalnya dalam agama Islam jika tak melaksanakan Sholat akan mendapatkan dosa besar dan dijauhi rezeki , dalam agama Kristen pun diberi sanksi jika tidak pergi kebaktian.
Jika dilihat dari perspektif stuktural fungsional , agama bisa dikatakan berperan sebagai perekat masyarakat. Dimana dalam perspektif  Fungsionalisme ini , menekankan saling ketergantungan dimana peran-peran individu saling melengkapi satu sama lain dan bersifat harmonis. Saling ketergantungan secara harmonis ini merupakan hasil dari orientasi-orientasi nilai yang dianut bersama oleh pihak-pihak yang berinteraksi dan dari kenyataan bahwa menyesuaikan diri dengan harapan-harapan orang lain itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pihak.
Bisa disimpulkan bahwa secara struktur fungsional , agama lebih menitiberatkan tentang bagaimana masyarakat harus bisa berintegrasi , menyesuaikan diri dan menekankan keseimbangan serta harmoni didalam kehidupan ini. Karena pada dasarnya tidak ada agama yang superior atau inferior terhadap agama lain. Dan secara struktur agama yang mengajarkan kebaikan akan membuat individu hidup dalam kedamaian , ketentraman , sebagaimana fungsi agama bagi manusia , walaupun relasi sosial agamanya berbeda.
Seperti contoh yang dikemukakan oleh Durkheim bahwa agama memang merupakan suatu yang bisa mempersatukan individu kedalam kelompok.Ini terlihat dari penelitiannya mengenai suku – suku Aborigin di Austarlia. Dimana pada masyarakat di Aborigin ini suatu upacara keagamaan merupakan tingkah laku kolektif yang menghubungkan individu dengan kelompok sosial yang lebih luas.
Sisi lain dibalik agama yang bisa menciptakan integrasi juga bisa menciptaka suatu konflik. Seperti yang pernah dikatakan Goerge Simmel , bahwa konflik merupakan salah satu bentuk dari interaksi didalam kohesi sosial. Menurutnya ketidak-cocokkan , perbedaan dan kontroversi di dalam suatu kebersamaan  mempunyai hubungan yang sangat erat dengan elemen – elemen yang mempersatukan kelompok tersebut
Indonesia merupakan negara yang memiliki multi agama , etnis , dan lain sebagainya. Dengan keberagaman tersebut , tidak jarang masyarakat yang ada di Indonesi mengalami integrasi dan konflik. Pada suatu ketika umat beragama di indonesia bisa bersatu bukan hanya dikarenakan agama yang sama , tapi karena berasal dari negara yang sama. Misalnya saja , ketika Malaysia mengklaim kebudayaan Indonesia , secara sepontan seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Marauke bersatu untuk melawan masyarakat desa. Dalam hal ini masyarakat Indonesia berintegrasi buka didasarkan keagamaan maupun etnis , tapi dikarenakan rasa kebangsaan.
Disini bisa dilihat bahwa ada tiga unsur yang bisa membuat manusia bisa bersatu dan juga bisa berkonflik:
1.      Didasarkan oleh etnis yang sama
2.      Didasarkan oleh agama yang sama dan
3.      Didasarkan oleh negara yang sama
Tapi dalam kehidupan sehari – hari hubungan antar umat beragama di Indonesia terlihat sangat lebih baik dibandingkan pada sepuluh tahun yang lalu , dimana masyarakat beragama saling berkonflik diakibatkan kejadian bom bunuh diri yang diduga dilakukan oleh penganut agama islam.Gema Toleransi dan multikulturalis pada saat ini menjadi tonggak kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Dimana kehidupan masyarakat lebih bisa sedikit tentram dikarenakan suatau pandangan bahwa agama yang berbeda bukan berarti kita juga harus berbeda .  Karena agama itu adalah bersifat individualis , artimya kepercayaan akan suatu yang supranatural bukan secara kolektif tapi secara psikologis adalah kita sendiri.Agama manapun pasti mengajarkan toleransi yang berarti menghargai agama lain.
Toleransi antar umat beragama di Indonesia bisa dikatakan sudah mulai membaik. Terbukti pada saat ini masyarakat tidak disibukkan lagi dengan permasalahan perbedaan agama . Masyarakat sudah mulai rukun dan tidak mempermsalahkan bahwa agama tertentu adalah “begini begitu “ , walaupun masih ada sebagian orang masih berkonflik diakibatkan urusan agama.
Dapat disimpulkan bahwa agama hanya bisa menyatukan individu terhadap individu yang menganut agama yang sama.Misalnya individu dengan , etnis jawa , batak , cina , dan lain sebaginya yang menganut agama Islam , Kristen , Budha , ataupu Hindu akan bisa bersatu ketika berbagai etnis itu memiliki agam yang sama , ketika ada permaalahan yang berkaitan dengan agama tertentu. Misalnya agama Islam dilecehkan oleh agama lain, otomatis masyrakat yang beragama Islam di seluiruh muka bumi akan bersatu melawan oknum – oknum yang melakukan hal tersebut.


Sumber :

·         Raho, Bernard. 2013

            Agama dalam Perspektif Sosiologi. Penerbit  Obor,        Jakarta

·         Scharf, Betty R. 2004

            Sosiologi Agama (diterjemahkan oleh Machun Husein). Kencana, Jakarta

·         Aljelia , delia (2012.)Contribute In Action.From:

http://daljeliadit.blogspot.com/2012/11/teori-struktural-fungsional.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar