MOTIVASI
Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berpangkal dari
kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi kesiapsiagaan. Dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah
kegiatan belajar, sehingga diharapkkan tujuan dapat tercapai. Motivasi sangat
diperlukan di dalam kegiatan belajar.
Ada tiga komponen utama dam motivasi
yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan terjadi bila
individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa apa yang ia miliki dan yang ia
harapkan. Sebagai ilustrasi, siswa merasa bahwa hasil belajarnya rendah,
padahal ia memiliki buku pelajaran lengkap. Ia merasa memiliki cukup waktu,
tetapi ia kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang digunakan
tidak memadai untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Ia membutuhkan hasil
belajar yang baik. Oleh karena itu siswa mengubah cara-cara belajarnya.
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka
memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang beroreintasi pada
pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang beroreintasi pada
tujuan tersebut merupan inti motivasi.
ΓΌ Menurut Para Ahli
Mc. Donald, yang
dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
A.M. Sardiman
(2005:75) motivasi belajar dapat
juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak
suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka
itu.
Siti Sumarni (2005),
Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986), motivasi sebagai suatu energi
penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk
bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang
mendasarinya.
Jenis-Jenis Motivasi
Berbicara tentang
macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan
demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Dengan
demikian bentuk-bentuk motivasi adalah sebagai berikut :
1.
Motivasi Dilihat
dari Dasar Pembentukannya
a) Motif-motif
bawaan, yaiktu motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ini tanpa
dipelajari.
b) Motif-motif yang
dipelajari, maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari.
2.
Motivasi
Jasmaniah dan Rohaniah
Yang termasuk motivasi jasmaniah
seperti refelks, instink, otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motif
rohaniah, yaitu kemauan
3.
Motivasi
Intrinsik dan Ekstrinik
a) Motivasi Intrinsik
Yaitu motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Karena diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Perlu diketahui bahwa siswa yang
memiliki tujuan orang yang terididik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam
bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju yang ingin dicapai
adalah belajar. Tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan. Dorongan yang
menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan. Kebutuhan yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.
b) Motivasi
Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai
akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan
sesuatu. Motivasi ekstrinsik diperlukan di sekolah sebab pembelajaran di sekolah
tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Kalau keadaan
ini, siswa bersangkutan perlu dimotivasi agar belajar. Guru berusaha
membangkitkan motivasi belajar siswa sesuai dengan keadaan siswa itu sendiri.
Fungsi Motivasi
Guru bertangung jawab melaksanakan
sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. Keberhasilan ini bergantung pada
upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswanya. Secara garis besar Oemar
Hamalik (1992) menjelaskan ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
1) Mendorong manusia
untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan.
2) Menentukan arah
perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
3) Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian
dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak
akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak
serasi dengan tujuan.
Pemberian Motivasi Terhadap Peserta Didik
Proses belajar mengajar tidak bisa terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhi dan menunjang keberlangsunganya. Bagi lembaga
pendidikan, setelah menentukan program-progam dan kurikulum pendidikan, haruslah
mempunyai prinsip dalam menentukan arah tekhnis pelaksanaan cita-cita dari
progam dan kurikulum yang telah dicanangkan. Salah satu penunjang utamanya
adalah, adanya motivasi belajar bagi peserta didik yang terstruktur dan
terkonstruk dengan baik.
Tugas
seorang guru bukan hanya menyelenggarakan kegiatan mengajar, meneliti,
mengembangkan, dan mengelola suatu lembaga pendidikan khususnya peserta didik.
Guru pun bertanggung jawab dalam membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Motivasi
sangat penting dalam kegiatan berajar mengajar, sebab adanya motivasi mendorong
semangat belajar dan sebalaiknya kurang adanya motivasi akan melemahkan
semangat belajar. seorang siswa yang belajar tanpa motivasi atau kurang
motivasi, tidak akan berhasil dengan maksimal.
Beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh guru dalam upaya untuk
menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran,
berikut ini:
1) Menjelaskan
tujuan belajar ke siswa. Pada permulaan pembelajaran seharusnya terlebih dahulu
guru men-jelaskan mengenai tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai oleh
siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2) Hadiah. Berikan
hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. Ada bermacam-macam
hadiah, yaitu ada yang berbentuk simbul, penghargaan, kegiatan, dan
benda. Salah satu contoh penghargaan adalah memberikan applause kepada siswa setiap selesai beraktivitas, misalnya
setelah siswa melaksanakan kegiatan bermain peran, simulasi, komunikasi
interaktif ataupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru ataupun
per-tanyaan teman dalam diskusi, dan lain-lain.
3) Saingan/kompetisi.
Guru berusaha mengadakan per-saingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
4) Pujian. Sudah
sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5) Hukuman. Hukuman
bukan alat untuk menakut-nakuti anak, tetapi untuk merubah cara berpikir anak.
Bahwa setiap pekerjaan (baik atau buruk) memiliki konsekuensi. Hukuman terjadi
apabila konsekwensi yang tidak menyenangkan menyertai perilaku tertentu.
Misalnya, bila ada seorang siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru, maka guru dapat memberikan hukuman kepadanya, namun hukuman ini
hanya sebagai konsekwensi tidak diselesaikannya tugas tersebut. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajarnya.
6) Membangkitkan
dorongan kepada siswa untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan
perhatian maksimal ke siswa. Guru
harus memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi peserta
didik yang secara prestasinya tertinggal oleh peserta didik lainnya. guru di
tuntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi peserta didiknya. Tetapi masih
ada guru yang melalaikan motivasi, guru tidak memikirkan maanfaat motivasi bagi
para peserta didik. Masih banyak guru yang dalam proses belajar mengajarnya
hanya terpaku dalam penyampain materi saja, Seharusnya guru harus memberikan
motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran, supaya siswa lebih termotivasi
dalm mengikuti kegiatan belajar mengajar agar apa yang di inginkan bisa
tercapai secara maksimal.
7) Memberikan angka.
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan siswa. Angka-angka yang
baik bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat, tetapi juga banyak siswa
bekerja atau belajar hanya ingin naik kelas saja. Yang perlu diingat oleh guru,
bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang
sejati. Oleh karena itu guru harus mencari solusi bagaimana cara memberikan
angka yang terkait dengan nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan,
sehingga tidak hanya nilai kognitif saja, melainkan juga keterampilan dan
apektifnya.
8) Pada saat
menyampaikan materi pelajaran, upayakan untuk menyelipi dengan humor dan atau
cerita-cerita lucu.
9) Membantu
kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
10)
Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Tiap siswa memiliki ke-mampuan indera yang tidak sama,
baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada
yang lebih senang membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media,
ke-lemahan indera yang dimiliki tiap siswa dapat dikurangi. Untuk menarik
perhatian anak misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara lebih dulu,
kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkrit.
Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap indera siswa.
Selain itu, ada
beberapa cara yang dapat dilakukan agar siswa mempunyai motivasi belajar, yaitu
:
1. Menerima siswa apa
adanya. Siswa adalah seorang manusia yang masih muda dan perlu dibimbing guna
menjadi manusia dewasa. Tiap siswa mempunyai karakter dan bakat yang berbeda.
Oleh karena itu, tiap siswa merupakan pribadi yang unik, yang membuatnya
berbeda dengan lainnya. Guru harus menerima setiap siswa sebagaimana adanya,
dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Hal ini akan membentuk rasa harga
diri yang tinggi dalam diri siswa. Guru juga perlu menemukan sesuatu (bakat
atau kelebihan) dalam diri siswa yang bisa membuatnya merasa penting.
2. Menciptakan rasa
aman dan menyenangkan bagi siswa untuk mengeksplorasi serta mengekspresikan
seluruh potensinya. Siswa adalah makhluk yang memiliki rasa ingin tahu. Untuk
memenuhi rasa ingin tahunya, ia akan mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya.
Proses belajar berjalan lancar manakala siswa dapat menguji kemampuannya dan
mencoba pengalaman baru, atau bahkan membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat
kecaman yang dapat menyinggung perasaan mereka. Rasa aman juga datang dari
sikap yang disiplin dan konsisten. Dengan keteraturan, siswa akan merasa pasti
mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. Ketidakpastian akan
menimbulkan keraguan dan ketakutan berbuat salah, yang menyebabkan hilangnya motivasi.
Disiplin yang baik dan tidak kaku harus diterapkan oleh guru dan orang tua,
karena tujuan disiplin adalah menolong siswa guna menjadi individu yang
independen, mandiri, dan dapat menentukan peran mereka sendiri. Disiplin harus
ditegakkan berdasarkan aturan yang masuk akal, kooperatif dan tidak otoriter.
3. Kenali seluruh
potensi yang dimiliki siswa. Sejak awal, ajari siswa untuk menentukan pilihan
dan mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Tujuan yang dipilih dan
ditetapkan sendiri mengandung motivasi yang lebih kuat daripada tujuan yang
ditetapkan oleh orang lain. Apalagi tujuan atau potensi tertentu terlalu banyak
ditentukan orang lain, bisa jadi tujuan itu tidak sesuai dengan kemampuan
siswa.
4. Berkomunikasilah
dengan siswa tentang apa yang ingin mereka wujudkan dan apa saja hambatannya.
Hal ini bisa dilakukan secara terbuka antara guru, orang tua dan siswa.
Pihak-Pihak dalam Meningkatkan Motivasi
Dalam
proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar melibatkan pihak-pihak
sebagai berikut.
1. Siswa
Siswa
bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar
pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Motivasi
berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan
membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.
2. Guru
Guru
bertanggungjawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan
pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini
guru dapat melakukan apa yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha
yang digunakan dalam mengiatkan adalah :
a.
Mengemukakan pertanyaan
b.
Memberi ganjaran
c.
Memberi hadiah
d.
Memberi hukuman/sanksi
Kreativitas
serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga
siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan
berkreasi.
3. Orang tua atau
keluarga dan lingkungan
Tugas
memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga
berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi
sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa, seperti dari
tetangga, sanak saudara, atau teman bermain. Fungsi keluarga adalah sebagai
motivasi utama bagi peserta didik, karena memiliki intensitas yang lebih tingi
untuk menanamkan motif-motif tertentu bagi proses pembelajaran anak.
Sumber :
§ Dikutip dalam : http://ezaknowit.blogspot.com/2013/10/makalah-motivasi-belajar-mengajar.html
Diakses pada 13 September 2014 Pada pukul 12:01
§ Dikutip dalam : http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/
Diakses pada 13 September 2014 Pada pukul 12:06
§ Dikutip dalam: http://kangsaviking.wordpress.com/motivasi-belajar/
Dikases pada 13 September 2014 Pada pukul 12:11
§ Dikutip dalam : http://nuryanakorang.blogspot.com/2011/09/makalah-motivasi-belajar.html
Diakses pada 13 September 2014 Pada pukul 12:15
§ Dikutip dalam : http://liputanedukasi.wordpress.com/2010/10/11/pengaruh-motivasi-terhadap-interaksi-belajar-siswa/
Diakses pada 13 September 2014 Pada pukul 12:22