INSTRUMEN TES
INSTRUMEN
Secara umum yang dimaksud dengan
instrument adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat ukur atau pengumpulan data mengenai suatu variable.
Dalam bidang penelitian instrument diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan
data mengenai variable-variable penelitian untuk kebutuhan penelitian,
sedangkan dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi
belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh
terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar, keberhasilan proses
belajar-mengajar dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu (Djaali
& Pudji Mulyono, 2007).
Pada
daarnya instrument dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Yang termasuk
kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat, dan tes
kemampuan akademik, sedangkan yang termasuk dalam kelompok non tes ialah skala
sikap, skala penilaian, observasi, wawancara, angket dokumentasi dan
sebagainya.
TES
1.
Pengertian Tes
Tes
secara harfiah berasal dari bahasa Prancis kuno “testum” artinya piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau kelompok.
Berdasarkan
definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa tes merupakan alat ukur yang
berbentuk pertanyaan atau latihan, dipergunakan untuk mengukur kemampuan yang
ada pada seseorang atau sekelompok orang. Sebagai alat ukur dalam bentuk
pertanyaan, maka tes harus dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan dan
kemampuan obyek yang diukur. Sedangkan sebagai alat ukur berupa latihan, maka
tes harus dapat mengungkap keterampilan dan bakat seseorang atau sekelompok
orang.
Tes
merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara
meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku
individu.Dengan demikian berarti sudah dapat dipastikan akan mampu memberikan
informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang hendak diukur baik berupa
psikis maupun tingkah lakunya, sekaligus dapat membandingkan antara seseorang
dengan orang lain.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan
penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang
tingkah laku atau prestasi siswa tersebut. Prestasi atau tingkah laku tersebut
dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan intruksional pembelajaran atau
tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah diberikan dalam
proses pembelajaran, dan dapat pula menunjukkan kedudukan siswa yang
bersangkutan dalam kelompoknya.
2.
Jenis Tes
Dilihat dari segi tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi
menjadi:
a.
Tes Penempatan
Tes
yang dilaksanakan untuk keperluan penempatan bertujuan agar setiap siswa yang
mengikutin kegiatan pembelajaran di kelas atau pada jenjang pendidikan tertentu
dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara efektif, karena dengan bakat dan
kemampuannya masing-masing. Contohnya tes bakat, tes kecerdasan dan tes minat.
b.
Tes Kecepatan (Speed Test)
Tes
ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes (testi) dalam hal kecepatan
berpikir atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik) maupun
hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaan yang telah dipelajarinya. Waktu yang
disediakan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh materi tes ini relatif
singkat dibandingkan dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan adalah
waktu yang minimal dan dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya dengan baik
dan benar, cepat dan tepat penyelesaiannya.Tes yang termasuk kategori tes
kecepatan misalnya tes intelegensi, dan tes ketrampilan bongkar pasang suatu
alat.
c.
Tes Kemampuan (Power Test)
Tes
ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam mengungkapkan kemampuannya
(dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang
disediakan. Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa kognitif maupun psikomotorik.
Soal-soal biasanya relatif sukar menyangkut berbagai konsep dan pemecahan
masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala kemampuannya baik
analisis, sintesis dan evaluasi.
d.
Tes Hasil Belajar (Achievement
Test)
Tes
ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam suatu
kegiatan. Tes Hasil Belajar (THB), baik itu tes harian (formatif) maupun tes
akhir semester (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu. Makalah ini
akan lebih banyak memberikan penekanan pada tes hasil belajar ini.
e.
Tes Kemajuan Belajar (
Gains/Achievement Test)
Tes
kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan adalah tes untuk mengetahui
kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testi setelah
pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal testi digunakan pre-tes dan
kondisi akhir testi digunakan post-tes.
f.
Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes
diagnostik dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami
siswa, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dan
menetapkan cara mengatassi kesulitan belajat tersebut. Dengan demikian jelas
ada kaitan yang erat antara tes penempatan dan diagnostic. Bahkan dapat
dikatakan keduanya saling melengkapi dalam memberikan kontribusi terhadap
peningkatan efektivitas kegiatan pendidikan pada suatu jenis atau jenjang
pendidikan tertentu.
g.
Tes Formatif
Tes
formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik
bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks kelas. Kulaitas
pembelajaran dikelas ditentukan oleh intensitas proses belajar (proses intern)
dalam diri setiap siswa sebagai subjek belajar sekaligus peserta didik.
h.
Tes Sumatif
Hasil
tes sumatif berguna untuk (a) menentukan kedudukan atau ranking
masing-masing siswa dalam kelompoknya (b) menentukan dapat atau tidaknya siswa
melanjutkan program pembelajaran berikutnya, dan (c) menginformasikan kemajuan
siswa untuk disampaikan kepada pihak lain seperti orang tua, sekolah,
masyarakat, dan lapangan kerja. Jika tes sumatif dilaksanakan pada setiap akhir
semester, maka setiap akhir jenjang pendidikan dilaksanakan tes akhir atau
biasa disebut evaluasi belajar tahap akhir (Djaali & Pudji Mulyono, 2007)
3. Bentuk Tes
Dilihat dari jawaban siswa yang
dituntut dalam menjawab atau memecahkan persoalan yang dihadapinya, maka tes
hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 jenis :
a)
Tes Lisan (oral test)
Yaitu tes dimana tester didalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dialkukan secara lisan, dan tester
memberikan jawabannya secara lisan juga.
b)
Tes Tertulis (written test)
Yaitu
jenis tes dimana tester dalam mengajukan
butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee
memberikan jawabannya juga secara tertulis. Tes
tertulis dapat dibagi atas tes essay dan tes objektif atau disebut juga short-answer test (Ngalim Purwanto,
2006).
1)
Tes Essay
Secara
ontology tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya
terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan
dan menuntut jawaaban siswa melui uraian-urain kata yang merefleksikan
kemampuan berfikir siswa (Sukardi, 2008).
Menurut
Sukardi (2008: 96) untuk meningkatkan mutu pertanyaan esai sebagai alat
pengukur hasil belajar yang komplek, memerlukan dua hal penting yang perlu
diperhatikan oleh para evaluator. Kedua hal penting tersebut, yaitu: (a)
bagaimana mengkonstruksi pertanyaan esai yang mengukur perilaku yang
direncanakan, dan (b) bagaiman menskor jawaban yang diperoleh dari siswa.
Berikut adalah cara-cara dalam menyusun tes esai yang dimaksud.
a.
Para guru hendaknya memfokuskan
pertanyaan esai pada materi pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan
bentuk tes lain misalnya tes objektif. Ada beberapa faktor penting dalam proses
belajar mengajar,yang hanya bisa diungkap oleh tes esai.
b.
Para guru hendaknya memformulasikan
item pertanyaan yang mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari
pengalamanhasil belajar. Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif
maupun tes esai perlu tetap mengukur penilaian tujuan intruksional.
c.
Item-item pertanyaan tes esai
sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan sehingga para siswa dapat
menjawab dengan tidak ragu-ragu
d.
Sertakan petunjuk waktu pengerjaan
untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan
berfikir, menulis dan menungankan ide sesuai dengan waktu yang disediakan.
e.
Ketika mengonstruksi sejumlah
pertanyaan esai, para guru hendaknya menghindari penggunaan pertanyaan pilihan.
Pertanyaan pilihan biasanya terletak pada kalimat instruksi pengerjaan padaa
aawal tes, misalnya “pilih empat soal dari lima pertanyaaan yang tersedia”.
Menurut
Sri Esti W.D (2004: 429) juga mengemukakan bahwa ada beberapa petunjuk atau
saran untuk menyusun tes isian seperti dibawah ini:
a)
Kita hendaknya tidak mengutip
kalimat atau pernyataan dalam buku teks atau buku catatan.
b)
Bagian yang kosong hendaknya hanya
dapat diisi dengan satu jawaban yang benar
c)
Bagian yang dikosongkan terdiri dari
satu kata kunci, atau kata pokok bukan sembarang kata
d)
Kalimat harus sederhana dan jelas
sehingga lebih mudah dimengerti
e)
Bagian yang kosong ditaruh diakhir
kalimat, misalnya menteri keuangan yang bertugas sekarang ialah
2) Tes Objektif
Merupakan
tes yang cara pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif yang dilakukan
dengan cara mencocokkan kunci jawaban dengan hasil jawaban testi. hal ini
memungkinkan testi untuk menjawab banyak pertanyaan dalam waktu yang relatif
singkat.
Ada beberapa jenis tes objektif
Tes Objektif Pilihan Ganda
Item
tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak digunakan
oleh para guru. Tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dengan tingkat
domain yang bervariasi. Item tes pilihan ganda memiliki semua persyaratan
sebagai tes yang baik, yakni dilihat dari segi ojektivitas, reliabilitas, dan
daya pembeda anatara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal (Sukardi,
2008)
Tes Objektif Banar Salah
Item
tes benar-salah dibedakan menjadi dua macam bentuk yaitu, item tes bentuk
regular atau tidak dimodifikasi dan item tes bentuk modifikasi. Dibidang
pendidikan umum maupun kejuruan, item tes benar salah yang tidak dimodifikasi
atau regular banyak digunakan oleh para guru. Salah satu alasannya adalah bahwa
item tes benar salah jenis regular dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar sebagai tehnik untuk mengawali dimulainya diskusi yang hangat,
menarik dan bermakna. Item tes betul salah apabila dicermati secara intensif ,
akan membawa peserta didik kedalam diskusi isu-isu pembelajaran yang bergeser
sedikit menjadi problem solving (Sukardi, 2008).
Tes Objektif Menjodohkan
Item
tes menjodohkan sering juga disebut matching test item. Item tes
menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes objektif. Secara fisik ,
bentuk item tes menjodohkan, terdiri atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom
pertama berisi pernyataan yang disebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi
kata atau fakta yang disebut juga daftar respon atau jawaban (Sukardi, 2008).
c)
Tes Tindakan atau Perbuatan (performance
test)
Yaitu jenis tes yang biasanya diukur dengan skala perilaku, seperti skala
sikap.
4. Fungsi Tes
Menurut
Anas Sudijono (2001: 67) secara umum ada dua fungsi tes antara lain:
a)
Tes sebagai alat pengukur terhadap
peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan
atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh
proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b)
Tes sebagai alat pengukur
keberhasilan program mengajar di sekolah. Sebab melalui tes akan dapat
diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan atau
dicapai.
Pendapat
lain juga dikemukakan oleh Djaali & Pudji Mulyono (2007: 7) fungsi tes
dibagi menjadi tiga, antara lain:
a)
Alat untuk mengukur prestasi belajar
siswa
Sebagai
alat untuk mengukur prestasi belajar siswa tes dimaksudkan untuk mengukru
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicaai siswa setelah menempuh proses
belajar mengajar dalam waktu tertentu. Dalam kaitan ini tes digunakan untuk
mengukur keberhasilan program pengajaran. Sebagai alat untuk mengukur
keberhasilan program pengajaran, tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh
program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai, dan seberapa banyak
yang belum tercapai serta menentukan langkah apa yang perlu dilakukakan untuk
mencapainya.
b)
Sebagai motivator dalam pembelajaran
Hampir
semua ahli teori pembelajaran menekankan pentingnya umpan balik yang berupa
nilai untuk meningkatkan intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal
apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul objekti dan sahih,
baik secara internal maupun secara eksternal yang dapat dirasakan langsung oleh
siswa yang diberi nilai melalui tes.
c)
Upaya perbaikan kulaitas
pembelajaran
Dalam
rangka meningkatkan kuaitas pembelajaran ada tiga jenis tes yang perlu dibahas,
yaitu tes penempatan, diagnostik dan
formatif.
d)
Menentukan berhasil atau tidaknya
siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan
Tes
ini berfungsi untuk menentukan nilai yang menjadi lambing keberhasilan siswa
setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam waktu tertentu.
5. Kriteria Tes yang Baik
Tes
atau soal ujian merupakan alat ukur yang memiliki fungsi ganda yaitu untuk
mengukur efektivitas belajar dan mengukur efektivitas guru dalam mengajar. Untuk
dapat menjadi alat ukur yang baik dan dapat memberikan informasi yang akurat
maka setiap soal sebagai bagian dari konstruksi tes harus dijaga kualitasnya. Ada
beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang berkualitas
yaitu:
a. Valid
Soal
dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas soal
dapat dilihat dari
kesesuaian soal dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan pengukuran yang
telah ditetapkan. Validitas dapat pula dilihat dari kemampuannya memprediksi
prestasi di masa yang akan datang.
b. Relevan
Tes
yang relevan mengandung soal-soal yang dapat mengukur kemampuan belajar sesuai
dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil
belajar (Ranah kognitif, afektif dan psikhomotor). Bila kompetansi dasar dan
indikator bertujuan mengungkap ranah afektif, pertanyaan soal harus pula
mengarah ke sikap dan seterusnya.
c. Spesifik
Soal
harus direncanakan sedemikian rupa agar jawabannya pasti dan tidak menimbulkan
ambivalensi atau spakulasi dalam memberikan jawaban. Kesulitan soal tidak saja
kesulitan materi juga bisa ditambah kesulitan dalam memahami soal bila soal
tidak disusun secara spesifik.
d. Representatif
Soal
tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan bersifat
komprehensif dalam pengertian materi tes harus mencakup seluruh materi
pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan) idealnya harus
terwakili dalam soal tes. Syarat ini akan dapat mengurangi error terhadap hasil
pengukuran.
e. Seimbang
Dalam
proses pengajaran dosen akan tahu persis, bahwa setiap pokok bahasan memiliki
tingkat kesulitan yang berbeda, soal tes dikatakan seimbang bila pokok bahasan
yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal. Kalau dalam keadaan
terpaksa hal tersebut tidak dapat dilakukan maka keseimbangan dapat dicapai
dengan memberikan bobot yang berbeda pada pokok bahasan yang memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda.
f. Sensitif
Syarat
ini berkait erat dengan taraf kesukaran soal, butir tes yang baik harus memiliki
sensitivitas untuk membedakan siswa yang benar-benar menguasai materi dengan
yang tidak, hal ini tidak akan tercapai bila soal terlalu sulit sehingga semua
siswa tidak dapat mengerjakan, atau soal yang terlalu gampang sehingga semua
siswa dapat mengerjakan dengan benar.
g. Fair
Tes
hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam pengertian tidak mengandung jebakan,
jelas cakupan materinya, kejalasan norma yang dipakai serta kriteria keberhasilannya.
Dalam pelaksanaannya obyektif, tidak merugikan kelompok tertentu.
h. Praktis
Dalam
pengertian bahwa tes tidak sulit untuk dilaksanakan dilihat dari segi pembiayaan
maupun pelaksanaanya. Tes yang baik harus efisien dan mudah untuk dilaksanakan.
Kiteria
yang dikemukakan di atas, tidak dimaksudkan untuk memberikan belenggu pada guru
dalam menyelesaikan tugasnya di kelas khususnya dalam mengembangkan tes, tetapi
lebih diarahkan pada pengenalan kondisi ideal yang seharusnya dipenuhi oleh
soal-soal yang disusun oleh pendidik, atau paling tidak memberikan arah kepada
perbaikan anda dalam memperbaiki sistem penilaian yang telah anda lakukan
selama ini.
Sumber :
Dikutip dalam : http://INSTRUMENTEST/Evaluasi
Pembelajaran_Guru PKn Belajar Menulis.htm Diakses pada 15 September 2014 Pada pukul 15:03
Dikutip dalam :
http://INSTRUMENTEST/INSTRUMENEVALUASIPENDIDIKAN_Binham'sBloghtm Diakses pada 15
September 2014 Pada pukul 15:23
Dikutip dalam :
http://INSTRUMENTEST/Jenis-JenisEvaluasiDalam
Pembelajaran.htm Diakses pada
15 September 2014 Pada pukul 15:57
Dikutip dalam : http://INSTRUMENTEST/KARYAMAHASISWAFAKULTAS
TARBIYAHPBAPENGERTIANDANJENIS-JENISINSTRUMEN.htm Diakses pada 15 September 2014 Pada pukul 16:12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar