Nama : Remina Tarigan
Nim : 3122122006
Mata
Kuliah : Sosiologi Agama
Masa
Depan Agama
dalam
Konteks masyarakat Modern
Agama
merupakan suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia dalam kehidupannya
terhadap Tuhan, yang mencerminkan adanya kekuatan lain diluar kekuatan manusia.
Pada dasarnya setiap manusia menganut suatu agama tertentu yakni dengan tujuan
untuk memperoleh ketenangan dan kedamaian dalam diri. Setiap ajaran agama pada
dasarnya adalah sama yakni sama-sama mengajarkan tentang kebenaran akan adanya
Tuhan. Dengan beragama setidaknya telah
mampu merubah perilaku setiap individu ke arah yang lebih baik. Orang yang
benar-benar beragama dan mengerti tentang agama akan berbeda perilaku maupun
sikapnya dengan orang tidak terlalu mengaplikasikan agama dalam kehidupannya.
Agama
dalam kehidupan manusia dijadikan sebagai alat pemersatu, alat untuk
menciptakan kesejahteraan, alat untuk menciptakan keadilan serta menciptakan
perdamaian antar umat beragama. Sebagaimana yang dikatakan oleh Durkheim bahwa agama
sangatlah penting dalam kehidupan manusia, karena agama menjadi satu kesatuan
yang dapat mempersatukan umat manusia dengan berbagai latarbelakang suku maupun
etnis.
Dalam perspektif sosiologis alasan sesorang memilih
agama tertentu tidak semata-mata didasarkan pada nilai-nilai kebenaran yang
terkandung di dalam agama tertentu, melainkan juga karena adanya faktor lain
misalnya faktor wilayah dan suku. Seperi misalnya di Indonesia, dimana dalam
hal ini pada umumnya orang Aceh beragama Islam dan orang Batak beragama
Kristen. Seringkali seseorang menganut suatu agama tertentu bukan karena
pertimbangan-pertimbangan pribadi setelah membandingkan agama yang satu dengan
yang lain, melainkan karena individu tersebut sudah terlahir dalam wilayahnya.
Jadi mamu tidak mau individu tersebut menganut agama sesuatu dengan agama yang
telah dianut oleh keluarganya.
Peter L. Berger mengatakan bahwa semua tradisi
keagamaan membutuhkan masyarakat pemeluk agar tradisi tersebut diterima sebagai
sesuatu yang benar dan dipercayai. Agama dan masyarakat memiliki hubungan
timbal-balik, artinya bahwa agama tidak akan ada tanpa masyarakat karena
masyarakatlah yang menciptakan agama dan begitu juga sebaliknya tidak ada
masyarakat yang tidak membutuhkan agama karena dengan adanya agamalah maka
manusia akan mampu berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan
oleh agamanya tentang kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan. Masyarakat
menjadi media untuk menjalankan dan mengembangkan tradisi-tradisi yang ada
dalam keagamaan.
Saat ini kita ketahui bahwa perkembangan arus
globalisasi setidaknya telah membawa pengaruh bagi kehidupan agama masyarakat.
Arus globalisasi telah menghadirkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi
yang menawarkan kemudahan-kemudahan dalam bidang keagamaan. Dalam masyarakat
modern ini penyampaian informasi-informasi keagamaan seperti khotbah ataupun
dakhwah tidak hanya dilakukan dengan cara-cara tradisional saja, akan tetapi
sudah disampaikan melalui media-media yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi
contohnya melalui sms, internet, televisi, buku-buku agama, radio dan lain
sebagainya.
Adanya globalisasi
juga telah menciptakan terjadinya sekularisme dalam masyarakat modern, dimana
masyarakat modern yang sekularisme akan mengesampingkan agama, tidak mengakui
nilai-nilai keagamaan dan lebih berorientasi semata-mata kepada masalah
keduniaan. Pemahaman ataupun persepsi masyarakat tentang agama juga telah
mengalami pergeseran bahkan perubahan. Misalnya kalau dahulu agama dipahami
sebagai sumber moral, etika, norma hidup serta motif dari seluruh kegiatan
hidupnya, namun sekarang motif tersebut telah dikacaukan oleh modernisasi yang
telah membuat masyarakat menjadi materialisme dan hedonisme. Dalam hal ini
masyarakat diketahui lebih mengutamakan kesenangan dan kenikmatan hidup
daripada harus berhubungan dan menjalankan nilai-nilai dan perintah-perintah
keagamaan.
Banyak orang
meramalkan bahwa agama tidak mempunyai tempat di dalam masyarakat modern yang
dilanda oleh arus sekularisme yang sangat kuat. Ramalan tersebut tidaklah
seluruhnya benar karena ada negara-negara modern dengan semangat sekularisme
yang luar biasa namun tetap mempertahankan kehidupan keagamaannya dengan baik.
Dengan kata lain, agama masih mempunyai tempat dalam masyarakat modern karena agama
memberikan makna kepada kehidupan manusia baik secara individual maupun
kelompok. Agama membangun sistem makna yang sangat penting untuk kehidupan
seorang individu, kelompok dan masyarakat luas.
Selain itu agama
dalam masyarakat modern juga dijadikan sebagai alat dalam memperoleh status
ataupun kekuasaan. Dalam hal ini banyak oknum yang memanfaatkan agama untuk
menyampaikan aspirasi mereka ketika tergabung dalam suatu pemilihan partai
politik. Sehingga seperti yang dikatakan Marx bahwa agama juga dapat
menciptakan terjadinya konflik yang bernuansa politik maupun ekonomi. Konflik
agama sering kali dibuat untuk memecah-belah masyarakat.
Dalam kehidupan
masyarakat modern agama sepertinya tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting
lagi karena banyak nilai-nilai keagamaan yang menurut mereka tidak masuk akal
dan tidak mampu merubah kehidupan mereka. Banyak masyarakat yang tidak terlalu
memperdulikan agama karena mereka melihat dan merasa bahwa semakin taat mereka
beragama maka akan semakin banyak rintangan dan tantangan yang mereka hadapi.
Contohnya dalam
masyarakat yang berada dalam kelas bawah, mereka menganggap agama justru telah
membuat hidup mereka semakin susah dan semakin menderita. Dalam hatinya, mereka
berfikir bahwa disaat mereka sangat taat terhadap agama justru disaat itulah
kehidupan mereka semakin miskin dan semakin terpuruk. Sehingga dalam hal ini
membuat mereka sering menyalahkan Tuhan dan menuntut mengapa kehidupan mereka
tidak pernah sebagus dan seberuntung orang lain. Hal inilah yang terkadang
menjadi pemicu berkurangnya nilai-nilai kegamaan seorang individu dalam
masyarakat modern karena mengganggap bahwa Tuhan tidak akan mampu merubah
kehidupan mereka dari yang miskin menjadi kaya maupun sebaliknya.
Toffler mengatakan bahwa agama tidak akan pernah
hilang dalam kehidupan manusia. Menurutnya, walaupun ada perubahan dalam bidang
keagamaan, hanya terjadi pada aspek-aspek tradisi atau sistem keyakinan saja
dan bukan terhadap teks atau doktrin-doktrin yang diajarkan oleh agama. Artinya
dalam agama, tradisi dan sistem keyakinan bisa saja berubah atau bahkan
bergeser, akan tetapi agama itu tidak akan hilang sebab firman-firman yang
disampaikan dalam ajaran agama tidak akan pernah berubah atau hilang. Hal ini
karena setiap ajaran agama sudah disampaikan dan sudah ditulis sejak zaman
dahulu ke dalam kitab-kitab suci.
Selain
itu adanya kesadaran beragama pada masyarakat modern secara langsung telah
tersentuh oleh proses modernisasi, dimana masyarakat tetap menerima keberadaan
agama dalam batas-batas tertentu namun sekaligus tetap berusaha untuk
mempertahankan agama yang mereka yakini. Dalam hal ini masyarakat akan bersikap
selektif dalam melihat masalah-masalaah maupun hal-hal yang berhubungan dengan
keagamaaan.
Dalam
kehidupan masyarakat modern urusan agama telah menjadi perioritas teakhir, dan
dalam hal ini agama tidak lagi menjadi kebutuhan bagi manusia akan tetapi
seakan-akan lebih menjadi beban bagi setiap individu. Hal ini dianggap
bertentangan dengan tugas seorang individu dalam aktivitas kehidupan karena
sesuai dengan ajaran agama masing-masing dalam setiap kitab suci bahwa dalam
setiap kehidupan sudah seharusnya manusia beribadah dan menyembah Tuhan sebagai
rasa hormat dan syukur atas apa yang telah di berikan oleh Tuhan kepada kita.
Adanya
pengaruh globalisasi dalam kehidupan masyarakat modern telah menciptakan
perilaku masyarakat yang tidak lagi mencerminkan nilai-nilai kesopanan maupun
nilai-nilai agama. Hal-hal yang dahulunya menjadi sesuatu yang haram, tetapi
pada jaman sekarang menjadi sesuatu yang seakan-akan bisa bahkan pada akhirnya
tidak menjadi tabu bagi masyarakat. Seperti misalnya budaya ciuman dikalangan
remaja barat pada saat bertemu adalah sesuatu yang normal dan seharusnya budaya
tersebut tidak diterapkan dalam kehidupan masyarakat karena bertentangan dengan
nilai-nilai keagamaan. Dalam ajaran agama dikatakan bahwa budaya ciuman
tersebut sudah termasuk ke dalam tindakan zinah. Akan tetapi masyarakat saat
ini tidak lagi mempersoalkan nilai-nilai agama maupun kesopanan tersebut.
Bahkan ada individu yang tidak malu berciuman di depan umum.
Ada dua kemungkinan tentang nasib agama dalam
masyarakat modern yang terkena pengaruh globalisasi yakni Pertama, agama tidak
lagi relevan dan fungsional dalam konteks modernisasi. Dalam hal ini ciri dasar
masyarakat modern yakni bersifat individualis, materialis, hedonis, pragmatis,
rasional, dan formal. Kedua, agama akan kembali memainkan peran dan fungsinya,
dimana masyarakat memperoleh pencerahan, kesadaran baru akan pentingnya agama
sebagai petunjuk hidup, sebagaimana juga telah muncul dan sedang berlangsung
akhir-akhir ini. Agama (Tuhan) dibutuhkan ketika manusia tidak mampu lagi
menyelesaikan problem yang dihadapinya. Dalam
hal ini manusia akan beribadah, berdoa dan menyembah Tuhan ketika manusia dalam
keadaan sedih dan susah, akan tetapi ketika sedang dalam keadaan senang dan
bahagia manusia justru tidak mengingat dan melupakan Tuhan. Manusia tidak
mengucap syukur kepada Tuhan atas apa yang telah dia miliki. Dalam hal ini
manusia menganggap bahwa apa yang dia miliki tidak lain dan tidak bukan ialah
hasil dari kerja keras dan perjuangan yang telah dilakukan.
Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah
sebagai pelaksana ketentuan Tuhan, sehingga di situ sisi manusia mau tidak mau
harus menjalankan sesuatu sebisa mungkin dalam menyesuaikan kehendak
Tuhan. Oleh karena itu misi agama tidak hanya sekedar ritualnya saja,
akan tetapi harus mengerti bagaimana tata cara yang relevan dengan sosialisasi
antar sesama. Karena yang diinginkan agama adalah manusia mempunyai nilai
etika, moral, asusila dan perdamaian. Begitu juga, apabila manusia sudah
memiliki nilai-nilai pasti kehidupan di dunia akan tenteram dan damai.
Dilihat dari perubahan di zaman modern ini yang di
pengaruhi dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yakni agama harus
lebih cermat lagi mengamati semua umat manusia dalam memandang dan memahami
agamanya masing-masing, agar tidak terjadi penyelewengan dan persepsi yang
salah dalam memahami suatu agama. Demi terjalinnya kerukunan dan perdamaian
dalam hidup bermasyarakat atau bersosialisasi. Dengan tercapainya misi Agama
akan membawa ketertiban dan ketenangan hidup semua umat manusia di dunia, dan
akan terjalin perdamaian antar umat beragama. Mengingat akan perjuangan para
ulama yang telah bersusah payah membela orang-orang yang tertindas dan
terpinggirkan, hal ini juga karena atas nama memperjuangkan misi agama yang
mengingin-kan semua umat manusia selamat dari penderitaan dan kesengsaraan.
Akan tetapi gejala yang sangat dikhawatirkan
oleh agama yaitu dengan adanya zaman modern ini misi agama untuk semua umat
manusia di muka bumi ini tidak tercapai, yang akan terpengaruh oleh zaman yang
serba sangat berubah dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi, hal tersebut yang
akan membuat manusia lupa atas dasar ajaran yang tercakup di dalam
agama. Kehidupan modern hanya akan mempertimbangkan agama yang
sesuai dengan ciri kehidupan tersebut. Yaitu agama yang dapat dipahami secara
rasional, agama yang diperkenalkan secara fungsional, kontekstual, dan aktual,
agama yang membawa rahmah. Bukan agama yang dipenuhi oleh ketegangan dan
dipahami sebagai hitam-putih.
Sumber
Pustaka :
Raho, Bernard. 2013. Agama dalam Perspektif
Sosiologi. Penerbit Obor,
Jakarta
§Dikutip dalam : http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/makalah-masyarakat-modern-dan-kebudayannya/
Diakses pada tanggal 18 Desember 2013 pada pukul 19:49
§Dikutip dalam : http://pmii-rasya.blogspot.com/2012/12/agama-dan-manusia.html
Diakses pada tanggal 18 Desember 2013 pada pukul 19:53
§Dikutip dalam http://fullerena.blogspot.com/2009/11/lemahnya-kaidah-agama-pada-masyarakat.html
Diakses pada tanggal 18 Desember 2013 pada pukul 20:34
Great writing :)
BalasHapus