Selasa, 04 November 2014

Agama dan Masyarakat Industri



Nama Anggota :
1.    Hasanah Lubis
2.    Herik Swandi
3.    Rahmat Nasution
4.    Remina Tarigan
5.    Rida Wati Bangun
6.    Sri Rizky Ananda
Mata Kuliah : Sosiologi Agama
Kelas : B Pendidikan Antropologi 2012 Konsenterasi  Sosiologi
Agama dan  Masyarakat Industri

Industri dan urbanisasi telah mempengaruhi banyak kehidupan orang di luar masyarakat industri yang telah maju di Eropa Barat dan Amerika. Negara Industri yang paling maju di luar negara – negara yang mewarisi tradisi Yahudi – Kristen  , yaitu Jepang. Dalam masyarakat Jepang diketahui ada dua macam agama , yaitu Shinto dan Buddha , yang keduanya memiliki perbedaan. Agama Shinto  adalah agama yang penyembahannya kepada dewa – dewa yang berkaitan dengan kekuatan – kekuatan bumi seperti , matahari , bulan , dan lain sebagainya dan agama ini merupakan perlindungan ritual bagi masyarakat lokal maupun nasional serta mereka melakukan penyembahan di kuil. Sedangkan agama Buddha  memiliki pengikut yang berasal dari ikatan kekeluargaan , bukan ikatan tetangga , dan mereka memiliki candi Buddha yang fungsi utamanya untuk melakukan upacara peribadatan pemakaman jenazah dan perayaan yang berkait dengan penyembahan arwah para leluhur.
Urbanisasi yang dilakukan beberapa pengikut agama Shinto sangat dikhawatirkan oleh para pengikut agama Shinto yang masih ada didesa. Ketika pada era modernisasi pemerintah Jepang mengembangkan kelompok agama Shinto yang bisa di anut secara nasional di negara itu. Agama Shinto pada saat masa itu sangat berkembang dimana sekte – sekte terbentuk tanpa ikatan dengan lokasinya dari para pengikut pemimpin karismatik. Mereka menekankan nilai – nilai kewajiban dan pengabdian keluarga yang bersifat tradisional kepada negara , namun menarik lebih banyak para anggotanya masing – masing secara ritual maupun secara etik , dibandingkan dengan tuntutan agama Shinto dan Buddha pada waktu modernisasi.
Setelah kekalahan Jepang 1945 dan mendorong perkembangan industri berkelanjutan , terlihat ada beberapa bentuk agama Buddha yang pada umumnya dikenal dengan sekte – sekte. Pengikut dari sekte tersebut adalah orang – orang yang tinggal di kota – kota besar , yang sebelumnya telah gagal dicapai oleh bentuk agama lama. Pada masa itu , orang – orang yang baru urbanisasi dan belum mendapatkan pekerjaan , tertarik untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar bercorak paternalistik. Pada saat itu sangat sulit di rinci secara statistik batas kepercayaan dan peribadatan keagamaan di Jepang. Penelitian menunjukkan hanya 35% saja penduduk yang memeluk agama , yang berarti dengan hal tersebut terbukti bahwa industri sangat berpengaruh terhadap sekularisasi.
Pengaruh industri terhadap masyarakat yang beraggama juga bisa dilihat pada masyarakat – masyarakat yang ada di negara – negara Komunis di Eropa dan Asia , dimana keyakinan – keyakinan lama ditekan dan kadang – kadang secara aktif dilkenyapkan. Kesulitannya adalah bagaimana cara membedakan antara akibat – akibat dari penindasan dan penekanan dan akibat – akibat dari urbanisasi dan industri. Di semua negara Komunis , ideologi yang berlaku diselubungi dengan berbagai bentuk ritual seperti parade – parade , teriakan – teriakan , slogan secara bersama – sama dan kunjungan ke makam Lenin.
Di Eropa dan Amerika sendiri informsi mengenai kedudukan agama terhadap industri sangat banyak. Dan hal ini akan memudahkan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan tentang akibat industrialisasi terhadap agama – agama yang tradisional maupun aliran agama yang baru , dan terhadap kemungkinan timbulnya akibat ketidakpedulian  para penganut agama Katolik dan Protestan dan Yahudi.
Dampak industrialisasi dapat dilihat dari data historik maupun kontemporer yang relevan. Salah satu buktinya yaitu dalam kaitannya dengan Inggris adalah sensus agama tahun 1851. Upaya untuk mengukur kebaktian pada hari minggu ini dilakukan satu abad setelah industrilisasi berjalan dengan cepat , saat terdengar suara – suara yang mengingat lemahnya gereja – gereja di beberapa kota industri yang baru. Hasil sensus itu menunjukkan bahwa jelas kebenaran  peringatan – peringatan ini . Hampir di pelosok negara , para penduduknya mengikuti kebaktian di gereja , namum di kota besar hanya sepertiga penduduknya yang mengikuti kebaktian.
Angka sensus pada tahun 1851 menunjukkan bahwa beberapa kota besar memiliki angka rata – rata keikutsertaan dalam kebaktian di gereja yang lebih tinggi. Angka ini diperoleh dari kota – kota yang belum mengalami revolusi industri berskala besar , tetapi telah berkembang dikarenakan perkembangan fungsi kota – kota tersebut dalam pelayanan – pelayanan pemasaran , profesional dan pemerintahan. Kota – kota tersebut berkembang bersamaan dengan perkembangan jumlah penduduk .
Sensus tahun 1851 memberikan wawasan kepada kita tentang akibat – akibat industrialisasi terhadap pengalaman agama , karena pada saat itu terdapat variasi besar tingkat perubahan yang diakibatkan industrialisasi di berbagai wilayah. Seperti yang terjadi di Inggris, akibat adanya industrialisasi telah meningkatkan ketidakpedulian terhadap agama yang tidak hanya dikalangan orang-orang miskin saja tetapi juga di semua lapisan masyarakat.
Bila kita beranggapan bahwa peribadatan keagamaan dalam kristen merupakan ekspresi keterantungan manusia yang bersifat dramatik terhadap kekuatan moral dialam semesta . Maka drama Katholik ditulis dengan sangat detail , dan beberapa bagian utamanya diperankan oleh aktor – aktor profesional yang mampu  mengungkapkannya dengan kata – kata sempurna sehingga orang-orang awam akan dengan mudah untuk mengindentifikasikan para aktor meskipun dia tetap berada di tengah-tengah penonton.
Bagi bangsa Yahudi kehidupan perkotaan dan status pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap pengalaman beragama mereka. Dalam kehidupan perkotaan orang Yahudi yang tergabung dalam kelas menengah, terlihat bahwa mereka memiliki pengalaman agama yang rendah walaupun dengan catatan tidak meremehkan kepercayaan-kepercayaan mendasar mereka. Sedangkan dalam kehidupan perkotaan orang Yahudi yang berasal dari kalangan miskin, terlihat bahwa mereka lebih taat dalam menjalankan agama. Berbeda halnya pula dengan kalangan penganut agama Kristen, dimana dalam hal ini justru kalangan kelas menengah-lah yang lebih taat menjalankan agama dibandingkan dengan di lingkungan keluarga-keluarga pekerja.
Selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya rakyat yang paling miskin itu cenderung mempolarisasi menjadi kelompok orang yang mengabikan agama dan kelompok orang yang sangat bergairah dalm menjalankan peribadatan-peribadatan agama mereka. Sedangkan di kalangan kelas menengah, kelompok yang tidak beragama hampir tidak ada, tetapi jumlah anggota kelompok yang bergairah menjalankan agama hanya sebgaian kecil saja. Sebelumnya di prancis dan Inggris kalangan atas hanya sekedar memeluk agama secara formal, sedangkan kalangan yang lebih rendah lebih taat beragama. Namun industrialisasi telah mengakibatkan semakin meningkatnya pengalaman agama kalangan kelas atas.
Selain itu perkembangan diferensiasi agama telah menyebabkan perbedaan-perbedaan kelas dan pekerjaan semakin melebar, dan di saat pertikaian ekonomi muncul, agama menetapkan nilai-nilai dari masing-masing pihak yang bertikai. Kerjasama antara orang-orang Kristen  yang mengamalkan dan tidak mengamalkan agamanya di pihak para pekerja lebih mudah diciptakan dibandingkan dengan kerjasama antara para majikan dan pekerja yang sama-sama mengamalkan agama kristen untuk menyelesaikan pertikaian ekonomi yang terjadi tersebut.
Akibat industrialisasi terhadap agama  yang tidak seragam dan juga tidak destruktif, telah mengakibatkan adanya perbedaan antara Inggris dan Amerika dalam hal pengalaman agama serta keterikatan agamanya meskipun kedua negara tersebut sama-sama negara industri. Dalam hal ini diketahui bahwa pengalaman agama serta keterikatan beragama lebih tinggi di Amerika dibandingkan dengan di Inggris.
Untuk mengetahui perbedaan pengalaman beragama di Iggris dan Amerika, kita bisa melihat dari tiga macam ciri masyarakat Amerika yang tidak terdapat di Inggris. Diantaranya ialah akibat tidak adanya gereja yang mapan di Amerika sejak negara tersebut memperoleh kemerdekaan, akibat adanya imigrasi berskala besar di Wilayah Eropa dan akibat danya penilaian yang tinggi terhadap kesamaan kesempatan.
Di amerika, sebagian gereja-gereja masih bercorak etnik dan pertahanan keterikatan beragama Kristen Protestan dengan denominasi tertentu. Semua kelompok selalu memiliki kebebasan dan status hukum yang sama, sehingga tidak ada alasan bagi ketidakberagaman untuk ditumbuhkan sebagi protes terhadap hak keistimewaan keagamaan di Amerika. Keragaman agama Amerika lebih terlihat dalam arti penampilan luarnya daripada dalam arti yang sebenarnya, dan bila agama dimaksudkan sebagai alat untuk mengeksperikan kesatuan bangsa yang baru saja ditegakkan maka perbedaan kecil dalam agama masih diperbolehkan. Dengan catatan semua agama harus mengajarkan nilai-nilai moral Amerikanisme dan semuanya harus menghindari perbedaan-perbedaan teologik maupun perbedaan-perbedaan lainnya.
Pemeluk agama Kristen protestan yang berasal dari kalangan kulit putih dan kulit hitam yang pindah ke Amerika cenderung terlepas hubungannya dengan gereja-gereja mereka dan anak cucu mereka mulai terikat dengan gereja baru. Perbedaan kebahasaan dan budaya yang tidak ada lagi kaitannya dengan imigrasi telah mengakibatkan semua kelompok agama di Amerika memiliki lebih banyak unsur bersama dibandingkan dengan yang ada pada generasi sebelumnya.  Namun kelompok-kelompok agama tersebut semakin kuat karena  memiliki kemiripan satu sama lain, sehingga mereka semua menjadi sarana pengembangan patriotisme Amerika sebagai pandangan lain yang tidak perlu mendapatkan dukungan lagi.
Perbedaan antara sekularisasi di kalangan masyarakat Inggris sebagai akibat dari industrialisasi, dengan tidak adanya sekularisasi di kalangan Amerika merupakan akhir dari suatu struktur kelas sosial yang berbeda. Satu diantaranya bisa menerima adanya komunitas nasional yang menganut berbagai nilai dan yang lain bisa menerima adanya komunitas nasional yang menganut berbagai nilai pada tingkat yang disebut kebaikan sekunder.


Sumber :
      Scharf, Betty R. 2004. Sosiologi Agama (diterjemahkan oleh Machun Husein). Kencana, Jakarta

1 komentar:

  1. Casino Roll | Casino Roll
    What we do well. It's easy to make 승인전화없는 사이트 deposits to the casino using a debit 1xbet korean card 리드 벳 or credit card. 윈조이포커시세 The casino roll 스 크릴 is fast paced and fun and it is

    BalasHapus